Jakarta, Deras.id – Rasulullah Saw menganjurkan umat Islam untuk memiliki kehidupan yang sederhana atau tidak bermewah-mewahan. Yang dimaksud hidup sederhana yakni hidup yang bersahaja di mana artinya adalah seseorang muslim menjalani kehidupan sesuai dengan kebutuhan bukan keinginan.
Yang dimaksud keinginan di sini adalah menahan nafsu, tidak berfoya-foya atau menghamburkan uang untuk keinginan yang tidak bermanfaat. Sedangkan sebagai orang yang kurang mampu bisa menahan nafsu dan tidak putus asa serta bisa menahan keluh kesahnya sepeti yang dijelaskan dalam buku berjudul Indah di Balik Skenario Tuhan karya Rifyal Luthfi MR.
Sehingga dapat dijelaskan bahwa sederhana di sini adalah seacra tindakan, baik sikapnya maupun amalnya. Di mana sikap sederhana ini menjadi perwatakan utama sebagai umat muslim, sehingga dapat dibedakan dari umat yang lain.
Dalam sebuah buku berjudul Pendidikan Agam Islam dan Budi Pekerti yang ditulis oleh Soleh Baedowi dan Hairil Muhammad Anwar terdapat 5 anjuran untuk bersikap sederhana.
Pertama, sederhana dalam berpakaian. Di sini Rasulullah menerapkan hidup sederhana yang dapat dilihat dari caranya berpakaian. Nabi Muhammad SAW bersabda, “Barang siapa yang meninggalkan pakaian yang bagus disebabkan tawadu (merendahkan diri) di hadapan Allah, sedangkan ia sebenarnya mampu, niscaya Allah memanggilnya pada hari kiamat di hadapan segenap makhluk dan disuruh memilih jenis pakaian mana saja yang ia kehendaki untuk dikenakan.” (HR At-Tirmidzi).
Kedua, sederhana dalam kebutuhan makan, di mana dalam memenuhi kebutuhan makan sebagai umat muslim dianjurkan untuk bersifat sederhana. Allah SWT, dalam firmannya di surah Al-A’raf ayat 31 yang berbunyi:
يٰبَنِيْٓ اٰدَمَ خُذُوْا زِيْنَتَكُمْ عِنْدَ كُلِّ مَسْجِدٍ وَّكُلُوْا وَاشْرَبُوْا وَلَا تُسْرِفُوْاۚ اِنَّهٗ لَا يُحِبُّ الْمُسْرِفِيْنَ ࣖ
Artinya: Wahai anak cucu Adam, pakailah pakaianmu yang indah pada setiap (memasuki) masjid dan makan serta minumlah, tetapi janganlah berlebihan. Sesungguhnya Dia tidak menyukai orang-orang yang berlebihan.
Ketiga, sederhana dalam tempat tinggal. Rasulullah di sini juga menerapakan bagaimana dirinya tinggal di tempat sederhana.
Aisyah RA, istri Nabi Muhammad SAW, menggambarkan dalam sebuah hadits, “… sesungguhnya hamparan tempat tidur Rasulullah terdiri atas kulit binatang, sedang isinya adalah sabut kurma.” (HR Tirmidzi)
Keempat, sederhana dalam berpenampilan. Berpenampilan di sini baik dalam hal tempat tinggal, berpakaian, dan juga makanan. Di mana di sini sebagai umat Islam dianjurkan untuk selalu berperilaku sederhana dalam berpenampilan. Hal ini diperintahkan oleh Allah SWT dalam surah Al-Furqan ayat 67 yang berbunyi,
وَالَّذِيْنَ اِذَآ اَنْفَقُوْا لَمْ يُسْرِفُوْا وَلَمْ يَقْتُرُوْا وَكَانَ بَيْنَ ذٰلِكَ قَوَامًا
Artinya: “Dan, orang-orang yang apabila berinfak tidak berlebihan dan tidak (pula) kikir. (Infak mereka) adalah pertengahan antara keduanya.”
Kelima, sederhana dalam berperilaku. Di mana sebagai umat Islam untuk sederhana dalam kehiduapan dan perilaku sehari-hari. Dalam satu riwayat bahkan melarang muslimin untuk membuang-buang air wudhu walaupun ia sedang berwudhu di pinggir sungai yang airnya terus mengalir. Hal ini dijelaskan dalam buku Al-Qur’an dan Hadis Madrasah Aliyah Kelas XII oleh Aminudin dan Harjan Syuhada. Dari Abdullah bin Amr, Rasulullah SAW bersabda,
عَنْ عَبْدِ اللهِ بْنِ عَمْرٍو أَنَّ رَسُولَ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ مَرَّ بِسَعْدٍ وَهُوَ يَتَوَضَّأُ فَقَالَ مَا هَذَا السَّرَفُ فَقَالَ أَفِي الْوُضُوْءِ إِسْرَافٌ قَالَ نَعَمْ وَإِنْ كُنْتَ عَلَى نَهَرٍ جَارٍ (رواه ابن ماجه وأحمد)
Artinya: Dari Abdullah bin ‘Amru berkata, Rasulullah Saw. melewati Sa’d yang sedang berwudhu, lalu beliau bersabda, “Kenapa berlebih-lebihan?” Sa’d berkata, “Apakah dalam wudhu juga ada berlebih-lebihan?” Beliau menjawab, “Ya, meskipun engkau berada di sungai yang mengalir.” (HR Ibnu Majah dan Ahmad)
Penulis: Una l Editor: Ifta