Pemkab Lumajang Beri Solusi Krisis Air Bersih Akibat Banjir Lahar Dingin

Lumajang, Deras.id – Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Lumajang, Jawa Timur, telah merumuskan sejumlah solusi untuk mengatasi krisis air bersih yang terjadi di Desa Jatisari akibat dampak banjir lahar dingin Gunung Semeru pada (8/7/2023). Bupati Lumajang, Thoriqul Haq, mengungkapkan bahwa imbas banjir lahar dingin tersebut telah mengakibatkan kekeringan pada sumur-sumur milik warga, terutama di Dusun Cerme Kulon, Desa Jatisari, Kecamatan Tempeh.

“Imbas lahar dingin Semeru membuat sumur-sumur milik warga di bantaran sungai mengalami kekeringan terutama di Dusun Cerme Kulon, Desa Jatisari, Kecamatan Tempeh,” kata Bupati Lumajang, Thoriqul Haq, Sabtu (19/8/2023).

Dampak tersebut menyebabkan warga di dusun setempat kesulitan memperoleh air bersih untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari seperti memasak, mandi dan mencuci.

“Sebelum banjir lahar dingin Semeru, desa itu memiliki kecukupan air karena air bawah tanah dan permukaan sungainya masih normal. Begitu banjir datang maka air permukaannya turun jadi sungainya sekarang kering,” ujarnya.

Dalam upaya mengatasi krisis air bersih ini, Pemkab Lumajang telah menyediakan solusi dengan mendistribusikan air bersih secara rutin ke Desa Jatisari. Tangki air akan terus disuplai ke desa tersebut dalam beberapa hari ke depan. Bupati juga meminta agar PDAM membuka kran umum untuk membantu memenuhi kebutuhan air masyarakat.

“Dalam waktu beberapa hari ini tangki air untuk menyuplai air bersih akan terus datang ke Desa Jatisari. Saya juga minta agar PDAM membuka kran umum untuk membantu kebutuhan masyarakat,” ucapnya.

Selain itu, Bupati Thoriqul Haq juga menyampaikan langkah alternatif dalam pemenuhan kebutuhan air bersih. Salah satunya adalah dengan pemasangan meteran PDAM.

Pemasangan meteran tersebut akan menggunakan sistem Masyarakat Berpenghasilan Rendah (MBR) dengan tujuan untuk mengurangi biaya pemasangan bagi warga. Pemasangan meteran PDAM dengan harga normal dianggap mahal, oleh karena itu, Pemkab Lumajang mengusulkan agar Perumdam Tirta Mahameru menggunakan sistem MBR, yaitu separuh harga dari tarif normal.

“Yakni dari Rp1 juta menjadi Rp500 ribu. Kemudian dari Rp500 ribu itu, saya minta Baznas untuk membantu separuhnya, sehingga masyarakat hanya membayar Rp250 ribu,” katanya.

Cak Thoriq berharap langkah-langkah dan solusi tersebut nantinya bisa mempercepat penyelesaian persoalan krisis air yang terjadi di Desa Jatisari, sehingga masyarakat tidak lagi kesulitan mendapatkan air bersih.

“Itu beberapa langkah yang bisa dilakukan dan dalam waktu tiga sampai empat hari ini bisa diselesaikan persoalan kekeringan di Desa Jatisari,” tutur Cak Thoriq.

Penulis: Putra Alam I Editor: Saiful

Exit mobile version