Pelaku Usaha Khawatir, Nilai Tukar Rupiah Nyaris Rp16.000 per USD

Jakarta, Deras.id – Nilai tukar (kurs) rupiah terhadap dollar AS terus melemah hingga mendekati level Rp16.000 selama tiga bulan terakhir. Hal tersebut sangat mengganggu pelaku usaha, khususnya dalam bentuk penggelembungan overhead cost usaha sehingga pertumbuhan produktifitas atau kinerja usaha dan daya saing ekspor menurun.

“Beberapa pelaku usaha di sektor juga terpaksa menaikan harga jual di pasar karena kenaikan overhead cost yang disebabkan oleh efek pelemahan nilai tukar terhadap beban impor bahan baku atau penolong dan barang modal,” tutur Ketua Umum Asosiasi Pengusaha Indonesia (Apindo), Shinta Widjaja Kamdani kepada MPI dikutip Deras.id, Selasa (24/10/2023).

Dikutip dari laman Bank Indonesia, nilai tukar rupiah terhadap dollar AS pada Selasa (24/10/2023) pagi mencapai Rp15.863 (kurs beli) dan Rp16.023 (kurs jual). Apindo menilai bahwa potensi pelemahan rupiah masih sangat tinggi sampai akhir tahun.

Khususnya bila The Fed menaikkan suku bunga acuannya untuk mengendalikan inflasi di AS atau bila konflik di Timur Tengah meluas atau semakin mempengaruhi harga dan supply migas di pasar global. Shinta berharap rupiah dalam waktu dekat secara sustainable dapat kembali menguat, walaupun harus dilakukan dengan cara menaikkan suku bunga acuan.

“Kenaikan suku bunga diproyeksikan memperparah peningkatan beban overhead cost usaha yg sudah terjadi selama ini,” kata Shinta Widjaja Kamdani.

Pelemahan rupiah dan mata uang lain di dunia bisa terjadi secara signifikan. Hal tersebut terjadi tergantung pada ketahanan atau fundamental ekonomi masing-masing.

“Karena itu, kami memahami dan mendukung langkah antisipatif BI dengan meningkatkan suku bunga acuan krn risiko pelemahannya semakin besar. Semoga saja dengan langkah kebijakan ini, pelemahan nilai tukar bisa diminimalisir, bahkan rupiah bisa menguat,” ujar Shinta Widjaja Kamdani.

Penulis: Risca l Editor: Ifta

Exit mobile version