Jakarta, Deras.id – Membaca surat Fatihah menjadi rukun salat. Akan tetapi bagaimana jika seorang muslim tidak hafal? Dalam sebuah hadis menjelaskan mengenai kewajiban membaca surat Fatihah bersumber dari riwayat al-Abbas bin al-Walid an-Narsi, salah seorang guru Imam Bukhari. Hadis ini dinukil oleh Ibnu Hajar al-Asqalani
لَا تُجْزِئُ صَلَاةٌ لَا يُقْرَأُ فِيْهَا بِفَاتِحَةِ الْكِتَابِ.
Artinya: “Tidak sah salat yang di dalamnya tidak dibacakan Al Fatihah.”
Rasulullah SAW juga bersabda,
مَنْ صَل صَلَاة لَمْ يَقْرَأُ فِيهَا بِأُمَ الْقُرْآنِ فَهِيَ جَدَاجُ، ثَلَاثًا غَيْرُ تَمَامٍ، فَقِيْلَ لِأَبِي هُرَيْرَةَ: إِنَّا نَكُوْنُ وَرَاءَ الْإِمَامِ؟ فَقَالَ: اِقْرَأْ بِهَا فِي نَفْسِكَ.
Artinya: “Barang siapa mengerjakan salat tanpa membaca Ummul Qur’an (Al Fatihah) di dalamnya maka salatnya cacat.” Ini disabdakan Nabi SAW sebanyak tiga kali. Cacat maksudnya tidak sempurna. Lalu ada yang berkata kepada Abu Hurairah, ‘Sesungguhnya, kami salat di belakang imam (masihkah kami harus membacanya?’ Abu Hurairah menjawab, ‘Bacalah Al Fatihah secara pribadi (pelan).'” (HR Muslim)
menurut Imam Syafi’I dalam sebuah kitab Al-Umm, menjelaskan bahwa yang dimaksud ketika melakukan salat tanpa membaca surat Fatihah menjadi tidak sah jika sengaja ditinggalkan padahal muslim tersebut hafal. Menurutnya jika muslim tersebut membaca surat lain selain Fatihah maka hukumnya makruh.
Sebuah kitab Fiqh Ibadah yang ditulis oleh Hasan Ayyub, terdapat bacaan pengganti jika muslim tersebut tidak hafal surat Fatihah bacaan tersebut adalah tujuh ayat dari surat apa saja selain Fatihah. Namun jika masih tetap tidak hafal maka boleh membaca zikir subhanallah, walhamdulillah, wala ilaha illallah, wallahu akbar, wala haula wala quwwata illa billahil ‘aliyyil azhim.
Hal tersebut bersandar pada hadits yang termuat dalam kitab Bulughul Maram karya Al-Hafiz Ibnu Hajar Al-Asqalani. Hadits tersebut berbunyi,
وَعَنْ عَبْدِ اللَّهِ ابْنِ أَبِي أَوْفَى رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُمَا قَالَ: {جَاءَ رَجُلٌ إِلَى النَّبِيِّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فَقَالَ: إِنِّي لَا أَسْتَطِيعُ أَنْ آخُذَ مِنَ الْقُرْآنِ شَيْئًا, فَعَلَّمْنِي مَا يُجْزِتُي (مِنْهُ) قَالَ: “سُبْحَانَ اللَّهِ وَالْحَمْدُ لِلَّهِ, وَلَا إِلَهَ إلا الله والله أكبر ولا حول ولا قوة إلا بالله العلي العظيم الحديث رَوَاهُ أَحْمَدُ، وَأَبُو دَاوُدَ وَالنَّسَائِيُّ, وَصَحْحَهُ ابْنُ حِبَّانَ وَالدَّارَقُطْنِيُّ وَالْحَاكِمُ
Artinya: Dari Abdullah bin Abi Aufa RA, ia mengatakan bahwa ada seorang laki-laki datang kepada Nabi SAW dan bertanya, “Sesungguhnya aku ini tidak bisa menghafal satu ayat pun dari Al-Qur’an, maka ajarilah aku sesuatu yang mencukupi salatku.”
Beliau menjawab, “Bacalah subhanallah, walhamdulillah, wala ilaha illallah, wallahu akbar, wala haula wala quwwata illa billahil ‘aliyyil ‘azhim (Maha Suci Allah, segala puji hanya bagi Allah, tidak ada Tuhan kecuali Allah, dan Allah Maha Besar, tidak ada daya dan kekuatan kecuali dengan Allah yang Maha Tinggi lagi Maha Agung).” (HR Ahmad, Abu Dawud, dan An-Nasa’i. Hadits ini shahih menurut Ibnu Hibban, Ad-Daraqutni, dan Al-Hakim).
Penulis: Una l Editor: Ifta