Keutamaan Bulan Dzulqa’dah, Amalan Dilipatgandakan

Jakarta, Deras.id – Saat ini sudah memasuki bulan Dzulqa’dah tahun 1444 H yang merupakan salah satu bulan yang dimuliakan oleh Allah SWT. Bulan kesebelas dari tahun Hijriah ini masuk dalam golongan bulan haram atau diartikan sebagai kumpulan bulan suci dan istimewa.

Di antara 12 bulan kalender Hijriah ada empat bulan haram yakni Dzulqa’dah, Zulhijah, Muharam, dan Rajab. Hal ini ditegaskan dalam Al-Qur’an Surat At-Taubah (9) ayat 36:

إِنَّ عِدَّةَ الشُّهُورِ عِنْدَ اللَّهِ اثْنَا عَشَرَ شَهْرًا فِي كِتَابِ اللَّهِ يَوْمَ خَلَقَ السَّمَاوَاتِ وَالْأَرْضَ مِنْهَا أَرْبَعَةٌ حُرُمٌ (سورة التوبة: ٣٦)

Artinya: “Sesungguhnya jumlah bulan menurut Allah ialah dua belas bulan, sebagaimana dalam ketetapan Allah pada waktu Dia menciptakan langit dan bumi, di antaranya ada empat bulan yang diagungkan (Dzulqa’dah, Zulhijah, Muharam dan Rajab)” (QS at-Taubah: 36). Sepuluh hari pertama bulan Dzulqa’dah. Tidak sah ihram untuk haji pada selain waktu tersebut. Allah swt berfirman dalam Al-Qur’an Surat Al-Baqarah ayat 197.

 اَلْحَجُّ اَشْهُرٌ مَّعْلُوْمٰتٌ (البقرة: ١٩٧)

Artinya: “Musim haji itu pada bulan-bulan yang telah dimaklumi (ditentukan)” (QS al-Baqarah: 197).  

Pertama, dilarang berperang. Pada bulan ini Allah SWT melarang umat manusia untuk berperang seperti arti bulan ini Dzulqa’dah yaitu penguasa gencatan senjata. Pada bulan ini dilarang keras untuk melakukan maksiat. Dalam sebuah kitab Tafsir Al Karimir Rahman dijelaskan pada bulan ini diharamkan pembunuhan. Hal ini juga diyakini oleh orang jahiliah.

Selain itu pada bulan ini dilarang melakukan perbuatan haram karena kemuliannya. Begitu pula sebaliknya pada bulan ini sangat dianjurkan untuk melakukan amalan baik.

Kedua, amalan dilipatgandakan. Imam At-Thabari menjelaskan dalam bulan ini di dalamnya terdapat amalan-amalan baik yang akan dilipatgandakan pahalanya. Sedangkan amalan-amalan buruk juga akan dilipatgandakan dosanya.

Ketiga, Rasulullah saw tidak pernah melakukan umrah kecuali pada bulan Dzulqa’dah. Sahabat Anas bin Malik radliyallahu ‘anhu meriwayatkan sebuah hadits berikut.  

 اعْتَمَرَ رَسُولُ اللَّهِ صلى الله عليه وسلم أَرْبَعَ عُمَرٍ، كُلَّهُنَّ فِي ذِي القَعْدَةِ، إِلَّا الَّتِي كَانَتْ مَعَ حَجَّتِهِ، عُمْرَةً مِنَ الحُدَيْبِيَةِ فِي ذِي القَعْدَةِ، وَعُمْرَةً مِنَ العَامِ المُقْبِلِ فِي ذِي القَعْدَةِ، وَعُمْرَةً مِنَ الجِعْرَانَةِ، حَيْثُ قَسَمَ غَنَائِمَ حُنَيْنٍ فِي  ذِي القَعْدَةِ، وَعُمْرَةً مَعَ حَجَّتِهِ (رواه البخاري)  

Artinya: “Rasulullah saw berumrah sebanyak empat kali, semuanya pada bulan Dzulqa’dah kecuali umrah yang dilaksanakan bersama haji beliau, yaitu satu umrah dari Hudaibiyah, satu umrah pada tahun berikutnya, satu umrah dari Ji’ranah ketika membagikan rampasan perang Hunain dan satu lagi umrah bersama haji” (HR al-Bukhari).  

Keempat,Dzulqa’dah adalah 30 malam yang disebutkan oleh Allah SWT dalam firman-Nya;

  وَوَاعَدْنَا مُوسَى ثَلَاثِينَ لَيْلَةً وَأَتْمَمْنَاهَا بِعَشْرٍ فَتَمَّ مِيقَاتُ رَبِّهِ أَرْبَعِينَ لَيْلَةً، وَقَالَ مُوسَى لِأَخِيهِ هَارُونَ اخْلُفْنِي فِي قَوْمِي وَأَصْلِحْ وَلَا تَتَّبِعْ سَبِيلَ الْمُفْسِدِينَ (سورة الأعراف: ١٤٢)  

Artinya: “Dan Kami telah menjanjikan kepada Musa untuk memberikan kepadanya kitab Taurat setelah berlalu tiga puluh malam (bulan Zulkaidah), dan Kami sempurnakan jumlah malam itu dengan sepuluh malam lagi (sepuluh malam pertama bulan Dzulqa’dah), maka sempurnalah waktu yang telah ditentukan Tuhannya menjadi empat puluh malam. Dan Musa berkata kepada saudaranya, yaitu Harun, “Gantikanlah aku dalam memimpin kaumku, dan perbaikilah dirimu dan kaummu, dan janganlah engkau mengikuti jalan orang-orang yang berbuat kerusakan” (QS al-A’raf: 142).

Pada bulan ini ada kejadian penting bahwa Allah menjanjikan bahwa masa 30 malam yang dijanjikan kepada Nabi Musa untuk bertemu dnegan-Nya yang terjadi pada bulan Dzulqa’dah.

Penulis: Una l Editor: Ifta

Exit mobile version