Myanmar, Deras.id – Kelompok anti-kudeta telah berjuang untuk melawan militer yang telah mengkudeta Myanmar. Ketika militer pertama kali merebut kekuasaan pada 1 Februari 2021, protes terjadi untuk menentang konflik yang berlangsung.
Komandan batalion pasukan pertahanan kebangsaan Karenni (KNDF) anti-kudeta Albert mengatakan bahwa pasukannya telah berjuang dalam pertempuran melawan militer.
“Beberapa rekan kami telah tewas dalam pertemuan tetapi menyerah sekarang bukanlah suatu pilihan,” kata Albert yang dikutip dari aljazeera.com, Rabu (1/2/2023).
“Akan ada terobosan di 2023 jika kita bisa menjaga momentum saat ini,” tambahnya.
Pemberontakan yang dilakukan anti-kudeta berjuang untuk otonomi yang lebih besar selama bertahun-tahun. Myanmar sekarang terlibat dalam perang saudara yang parah dan militer sekarang semakin banyak menggunakan serangan udara untuk melawan mereka.
Disisi lain, Direktur Eksekutif Institut Perdamaian dan Keamanan Myanmar Min Zaw Oo, yang memiliki pengalaman dalam konflik di Myanmar mengatakan perlawanan yang diberikan kelompok anti-kudeta telah mengubah kebuntuan.
“Sebuah keseimbangan baru telah muncul. Harus ada perkembangan signifikan di kedua sisi untuk mengubah kebutuhan saat ini,” kata Min Zaw Oo
Diketahui, korban tewas tahun 2022 lebih dari 20.000 termasuk warga sipil dan pejuang.
Penulis: Andre l Editor: Rea