Cara Agar Salat Khusyuk, Laksankaan di Awal Waktu, Jangan Tahan Buang Hajat

Jakarta, Deras.id – Salat menjadi hal wajib yang dilakukan sebagai umat muslim. Namun dalam melaksanakan perintah ini ada hal penting yakni ke-khusyuk-an.

Dalam sebuah buku Khusyuk dalam Shalat oleh Syafri Muhammad Noor, Lc., menjelaskan bahwa khusyuk adalah ketenangan hati sehingga orang yang salat menundukan pandangan matanya dan merendahkan dirinya di hadapan Allah Swt.

Jika seorang muslim mampu khusyuk dirinya mampu menikmati salat yang sedang dilakukan sehingga memunculkan ketenangan. Tidak semua orang bisa khusyuk, dan orang-orang yang mau khusyuk tergolong sebagai orang yang beruntung di hadapan Allah Swt kelak. Selain itu, ketika orang khusyuk dapat dilihat bahwa dirinya mampu memusatkan hatinya ketika melakukan salat, dan dirinya selalu mementingkan salat dari pada yang lainnya.

Allah Swt berfirman dalam surah Al-Mukminun ayat 1-2 yang berbunyi,

قَدْ اَفْلَحَ الْمُؤْمِنُوْنَ ۙ(1) الَّذِيْنَ هُمْ فِيْ صَلَاتِهِمْ خٰشِعُوْنَ (2)

Artinya: Sungguh, beruntunglah orang-orang mukmin. (Yaitu) orang-orang yang khusyu dalam sholatnya,

Ada sembilan tata cara agar salat khusyuk.

Pertama, menyempurnakan wudu. dalam sebuah kitab Abwa Al Faraj bahwa Imam Sya’rani berkata:

الحضور في الصلاة بقدر الحضور في الوضوء وقد جرب ذلك

Artinya: Hadirnya hati dalam shalat sesuai dengan kadar hudhur (kehadiran) dalam wudhu dan ini sudah diuji cobakan (terbukti).

Kedua, salat di awal waktu. Salat di awal waktu menjadi faktor bagaimana kekhusyukan dapat dikerjakakan. Karena ketika mengerjakan salat di awal waktu, muslim tersebut tidak tergesa-gesa sehingga ketenangan tetap terjaga. Dengan begitu ketika mengerjakan salat hati tetap tenang. Jika salat dilakukan di akhir waktu maka ada rasa ketidaknyamanan karena kekhawatiran akan habisnya waktu salat.

Ketiga, membuat pembatas. Pembatas disini adalah sutrah atau pembatas agar tidak ada celah setan untuk mengganggu. Sahl bin Hatsmah meriwayatkan bahwa Nabi Saw bersabda:

إذا صلى أحدكم فليصل إلى سائرة وليدن منها لا يقطع الشيطان عليه صلاته

Artinya: Jika salah seorang dari kalian mengerjakan sholat, maka sholatlah dengan menghadap ke sutrah (pembatas) dan mendekatlah kepadanya agar setan tidak bisa memutuskan sholatnya. (HR Abu Daud, Imam Ahmad, dan Imam Nasa’i)

Keempat, meninggalkan kesibukan dunia. Sebagai manusia, dirinya bekerja untuk memenuhi kebutuhan atau melakukan aktiftas keseharian namun ketika masuk waktu salat segala kesibukan dunia dapat ditinggalkan.

كان أبو الدرداء يقول: (من) فقه الرجل أن يبدأ بحاجته قبل دخوله في الصلاة، ليدخل في الصلاة وقلبه فارغ

Artinya: Abu Darda berkata, “Di antara tanda kefaqihan (pahamnya) seseorang adalah menyelesaikan urusannya terlebih dahulu sebelum memulai salat agar ketika menunaikan salat hatinya dalam keadaan fokus (konsentrasi).”

Kelima, mencari tempat yang nyaman. Agar menunjang kekhusyukan tempat menjadi hal yang penting sehingga bisa melaksanakan salat secara nyaman. Dari Anas bin Malik RA,


قد أخرج البخاري عن أنس -رضي الله عنه- – قال: كان قرام لعائشة سترت به جانب بيتها فقال النبي . صلى الله عليه وسلم : أمِيطِي عَنَّا قِرَامَكِ هَذَا؛ فَإِنَّهُ لَا تَزَالُ تَصَاوِيرُهُ تَعْرِضُ لِي فِي صَلَاتِي

Artinya: Aisyah mempunyai gorden yang dipasang di dinding rumahnya. Rasulullah Saw pun menyuruh Aisyah RA, “Singkirkanlah gorden itu dari kita, karena lukisannya senantiasa membayangiku dalam sholatku.” (HR Bukhari)

Keenam, tidak menahan buang hajat. Ketika merasakan keinginan buang hajat maka bisa dilakukan sebelum menjalankan salat.

Rasulullah SAW bersabda, “Tidak ada sholat ketika makanan telah dihidangkan, begitu pula tidak ada sholat bagi yang menahan akhbatson (kencing atau buang air besar).” (HR Muslim)

Ketujuh, tidak tergesa-gesa. Tidak melaksanakan salat secara tergesa-gesa menjadi hal penting. Karena ketika menjalankan salat tergesa-gesa maka akan membuatnya tidak sempurna.

Rasulullah SAW menyebut orang-orang yang salatnya tergesa-gesa sebagai pencuri salat. Beliau bersabda, “Sejahat-jahat pencuri adalah yang mencuri dari salatnya”. Para sahabat bertanya, “Wahai Rasulullah, bagaimana mencuri dari salat?” Rasulullah SAW berkata, “Dia tidak sempurnakan rukuk dan sujudnya.” (HR Ahmad)

Kedelapan, menganggap salat terakhir. Dengan memunculkan rasa bahwa sebagai makhluk hidup kita akan meninggal, oleh karena itu ketika menganggap salat yang sedang dilakukan adalah ibadah terakhir maka bisa meningkatkan kekhusyukan karena sejatinya manusia tidak tahu kapan dirinya akan meninggalkan kehidupan dunia.

Abu Ayyub Al-Anshari RA berkata, seseorang datang kepada Rasulullah SAW dan meminta nasihat beliau. Rasulullah SAW bersabda, “Jika kamu hendak melaksanakan salat, salatnya seperti shalat terakhir dan janganlah mengatakan sesuatu yang membuatmu minta dimaafkan karenanya dan berputus asalah terhadap apa yang ada di angan manusia.” (HR Ahmad)

Kesembilan, pandangan kearah sujud. Hal ini dilakukan seperti yang telah dicontohkan oleh Rasulullah Saw. Sebuah hadis menjelaskan, bahwasannya Rasulullah SAW apabila sholat maka beliau menundukkan kepalanya dan mengarahkan pandangannya ke arah tanah.

Penulis: Una l Editor: Ifta

Exit mobile version