Jakarta, Deras.id – Perang yang dilancarkan Israel di Gaza menjadi menjadi bumerang bagi Perdana Meneri Benjamin Netanyahu. Empat pejabatnya mundur hampir bersamaan, tiga di antara mereka adalah orang militer pada Minggu (9/6/2024).
Keempat pejabat itu adalah Menteri Kabinet Perang Benny Gantz, Kepala Staf Umum Angkatan Pertahanan Gadi Eisenkot, Komandan Divisi Gaza Brigadir Jenderal Avi Rosenfeld, dan Menteri Budaya dan Olahraga Hili Tropper.
Mundurnya para pejabat ini memberikan pukulan telak terhadap Netanyahu yang sedang merayakan klaim ”kemenangan besar” setelah penyelamatan empat tawanan Israel di Jalur Gaza.
Tetapi tak disangka, justru operasi itulah yang membuat posisi Netanyahu semakin terjepit. Operasi penyelamatan empat nyawa warga Israel yang diikuti dengan pemboman kamp pengungsian Nuseirat itu teryata menghilangkan nyawa tiga warga Israel lain, satu di antaranya disebut Hamas beridentitas warga AS. Selain itu, operasi udara dan darat itu menewaskan lebih dari 270 warga sipil Palestina dan melukai 400 orang lain.
Penyerangan di Nuseirat menjadi puncak kejengkelan sejumlah pejabat kabinet atas kepemimpinan Netanyahu yang didukung kelompok ekstrem kanan Zionis. Sementara di sisi lain, apa yang terjadi di Nuseirat semakin membuat masyarakat dunia marah. Unjuk rasa Pro-Palestina semakin meluas di berbagai negara. Posisi Israel semakin terasing dan terisolasi dalam pergaulan global.
Di dalam negeri, ribuan warga Israel memenuhi jalan mendesak Netanyahu untuk segera merealisasikan gencatan senjata dan pertukaran tawanan dengan Hamas.
Gantz merupakan salah satu menteri dalam kebinet Netanyahu yang keras melancarkan kritiknya terkait penyerbuan ke Gaza. Dia bahkan menyebutkan jika Netanyahu menghalangi Israel untuk maju menuju kemenangan sejati.
“Itulah sebabnya kami meninggalkan pemerintahan darurat hari ini, dengan berat hati tetapi dengan penuh keyakinan,” kata Gantz pada konferensi pers yang disiarkan televisi pada hari Minggu.
Sementara Avi Rosenfield mengajukan pengunduran dirinya melalui surat kepada kepala staf Pasukan Pendudukan Israel. Rosenfield yang mengumumkan mundur tak sampai satu jam setelah Gantz, beralasan “gagal” menjalankan misi untuk melindungi rezim dalam menghadapi Operasi Badai al-Aqsa yang dilakukan Hamas pada 7 Oktober 2023.
“Saya memutuskan untuk mengakhiri jabatan saya sebagai komandan Divisi 143 (Divisi Gaza)… sebagai bagian dari tanggung jawab saya sebagai seorang komandan,” tulis Rosenfield dalam suratnya.
Biden dan AS Terimbas
Aksi Israel di Gaza juga membuat makin tingginya sentimen negatif terhadap Presiden Joe Biden dan Amerika Serikat. Terungkapnya keterlibatan tantara AS secara langsung dalam operasi penyelamatan tawanan dinilai sebagai bukti kebohongan Biden, juga menguatkan andil AS dalam perang genisoda Israel, selain pasokan senjata dan peralatan perang. Sesuatu yang sangat merugikan dalam situasi menghadapi pemilihan presiden.
Dalam situasi yang terjepit dan sulitnya mengontrol Israel, AS di bawah Biden ”terpaksa” memutuskan untuk memindahkan dukungan dari Netanyahu. Mundurnya Gantz disebut-sebut bagian skenario untuk mencongkel Netanyahu. Gantz, yang dianggap berhaluan politik tengah tokoh politik tengah, diprediksi para analis menjadi pilihan pemerintahan Presiden AS Joe Biden untuk menggantikan Netanyahu.