Kazakhstan, Deras.id – Menteri Luar Negeri Amerika Serikat (AS) Antony Blinken tengah menjalani tour kelima bekas Republik Soviet untuk meningkatkan kemitraan antara AS dan Asia Tengah. Antony memilih Kazakhstan sebagai pemberhentian pertamanya dalam perjalanan tersebut.
“Pertemuan hebat dengan Menteri Luar Negeri Tileuberdi hari ini di Astana. Amerika Serikat bangga memiliki kemitraan strategis yang ditingkatkan dengan Kazakhstan yang dibangun di atas peningkatan kemakmuran, memperkuat keamnanan, dan mendukung kedaulatan di Asia Tengah,” tulis Blinken di twitter @SecBlinken, Selasa (28/2/2023).
Pertemuan yang disebut kelompok C5+1 terdiri dari Amerika Serikat dan lima bekas Republik Soviet, diantaranya Kazakhstan, Kyrgyzstan, Tajikistan, Turkmenistan dan Uzbekistan.
Diketahui, pejabat AS mengatakan bahwa pemerintahan Biden berusaha untuk meningkatkan keterlibatan dengan kawasan itu. Terutama untuk negara-negara yang menghadapi kejatuhan ekonomi akibat konflik.
Perjalanan Blinken terjadi setelah beberapa hari peringatan satu tahun invasi Rusia. Peringatan yang membuat para pemimpin lima negara untuk mengambil sikap tegas saat berurusan dengan Moskow. Tak hanya itu, Washington menjanjikan dukungan untuk kedaulatan, kemerdekaan dan integritas wilayah negara tersebut, yang memperoleh kemerdekaan dari Rusia pada tahun 1991.
Kazakhstan yang berbagi perbatasan panjang dengan Moskow, telah menyambut puluhan ribu orang Rusia yang melarikan diri dari panggilan militer.
Dalam pertemuan itu, Presiden Kazakhstan Qasym Jomart Toqayev mengatakan telah membangun kemitraan jangka panjang yang baik dengan pemerintahan Joe Biden.
“Kami telah membangun kemitraan jangka panjang yang sangat baik dan dapat diandalkan di begitu banyak bidang penting yang strategis seperti keamanan, energi, perdagangan, dan investasi,” kata Tokayev.
Kunjungan di Kazakhstan itu juga dihadiri oleh Menteri luar negeri Turkmenistan Rasit Merodow, ia mengungkapkan dalam kunjungan ke negaranya mereka akan membahas beberapa masalah internasional dan regional.
“Pada saat yang sama, saya pikir ini akan menjadi kesempatan yang sangat besar untuk berbicara tentang perluasan kerja sama antara Turkmenistan dan Amerika Serikat,” katanya.
Sebagai informasi, kellima bekas Republik Soviet di Asia Tengah secara tradisional dipandang dalam lingkup pengaruh Rusia, tetapi tidak ada yang mendukung invasi Rusia ke Ukraina. Lalu, kelimanya juga abstain dalam pemungutan suara untuk mengutuk invasi yang dilakukan Majelis Umum PBB pada peringatan satu tahun invasi tersebut.
Penulis: Andre l Editor: Rea