Jakarta, Deras.id – Kejengkelan masyarakat Islam di dunia terhadap Israel boleh jadi sudah di ubun-ubun melihat situasi di Gaza. Tetapi yang lebih menyesakkan mereka adalah mengetahui fakta bahwa negara-negara Islam di sekitar Palestina tidak banyak berbuat untuk menekan Israel kecuali sekadar retorika. Sebaliknya hubungan dagang mereka dengan Israel nyatanya masih lancar jaya di tengah genosida Negeri Zionis itu terhadap warga Palestina di Jalur Gaza.
Middle East Eye melaporkan ratusan produk makanan yang dibuat perusahaan-perusahaan di negara-negara Arab banyak dipajang di toko-toko Israel. Produk-produk itu telah disertifikasi halal. Investigasi sendalam rangka menyoroti hubungan dagang yang bertahan lama antara Israel dengan Uni Emirat Arab, Mesir, Yordania, dan Maroko, sejak dimulainya perang di Gaza, bahkan ketika Israel menghadapi kecaman internasional dan seruan boikot perdagangan atas tuduhan genosida atas 37.000 orang lebih warga Palestina.
Database produk halal yang diterbitkan oleh Kepala Rabbi Israel menunjukkan ada lusinan produk yang diproduksi di negara-negara Arab sejak Oktober tahun lalu yang telah mendapatkan persetujuan label halal. MEE juga menemukan contoh produk bersertifikat halal yang diimpor dari negara-negara Arab yang dijual di rak-rak supermarket Israel dan online.
Kepala Rabbi Israel adalah lembaga keagamaan yang menerbitkan sertifikat halal, yang menunjukkan kepatuhan terhadap hukum Yahudi, yang diperlukan untuk produk makanan yang dimaksudkan untuk dijual di sebagian besar toko dan supermarket Israel.
Beberapa perusahaan yang dihubungi oleh MEE dan Arabian Post membantah mengekspor barang ke Israel. Produk-produk tersebut diperkirakan masuk ke pasar Israel melalui perusahaan dan distributor di negara ketiga.
Sementara perusahaan lain mengatakan produk mereka ditujukan untuk pasar Palestina, meskipun sertifikasi halal tidak diperlukan untuk produk yang dipasarkan hanya kepada warga Palestina di Israel atau wilayah pendudukan. Berdasarkan undang-undang impor pangan Israel, tanggung jawab untuk memperoleh sertifikasi halal berada di tangan importir.
Meskipun sertifikasi tersebut belum tentu menunjukkan perdagangan terkini, jumlah sertifikat yang disetujui untuk produk-produk Arab menunjukkan bahwa infrastruktur perdagangan antara Israel dan negara-negara regional masih ada.
Data terbaru yang diterbitkan Biro Pusat Statistik Israel juga memberikan wawasan sejauh mana berlanjutnya perdagangan antara Israel dan sejumlah negara Arab.
Impor dari Mesir ke Israel pada bulan Mei 2024 bernilai USD25 juta – dua kali lipat dibandingkan bulan yang sama pada tahun 2023, meskipun total impor untuk lima bulan pertama tahun ini turun sedikit menjadi USD85,6 juta dibandingkan dengan USD90,7 juta pada periode yang sama tahun sebelumnya.
Impor dari UEA untuk lima bulan pertama tahun ini senilai hampir USD1,2 miliar, sementara impor dari Yordania sebesar USD129,1 juta. Nilai impor kedua negara pada bulan Mei lebih tinggi dibandingkan Mei 2023. Impor dari Maroko untuk lima bulan pertama tahun ini bernilai USD7,4 juta.
Mahmoud Nawaja, koordinator jenderal komite nasional untuk gerakan Boikot, Divestasi dan Sanksi (BDS), mengatakan kepada MEE: “Pertumbuhan perdagangan antara negara-negara Arab dan Israel hanya dapat dianggap sebagai keterlibatan mereka dalam kejahatan Israel terhadap warga Palestina, dan genosida. khususnya di Gaza. Hal ini tidak mencerminkan posisi masyarakat Arab, yang menyerukan boikot total. Negara-negara ini mempertahankan rezim kolonial Israel di bawah arahan AS.”
Basis data investigasi ini mencakup 35 perusahaan Mesir, 25 perusahaan Maroko, lima perusahaan Yordania, empat perusahaan Emirat, dan tujuh perusahaan asing yang berdagang dengan perusahaan Israel dari fasilitas produksi di UEA.
Sekitar 442 produk makanan telah mendapatkan sertifikasi halal. Makanan tersebut termasuk sayuran dan buah-buahan beku atau kalengan, minyak, tahini, gula, aprikot, tuna, mie, kacang tanah, dan jus.
Mesir dan Yordania, yang berbatasan dengan Israel dan wilayah Palestina yang diduduki, telah menjalin hubungan dagang dengan Israel yang dibangun berdasarkan hubungan diplomatik jangka panjang antarnegara. Perdagangan dari UEA dan Maroko ke Israel telah meningkat sejak negara-negara tersebut menormalisasi hubungan diplomatik dengan Israel melalui Abraham Accords tahun 2020.
Menurut database tersebut, sejumlah kecil produk dari perusahaan di Tunisia dan Arab Saudi juga saat ini disertifikasi halal. Dua negara ini tidak memiliki hubungan diplomatik atau perdagangan formal dengan Israel. Data Israel juga memberikan wawasan tentang kekuatan hubungan perdagangan dengan Turki baru-baru ini. Sebanyak 2.772 produk makanan buatan 290 perusahaan Turki terdaftar sebagai produk halal di Israel.
Kendati Turki sudah menghentikan semua perdagangan dengan Israel sebagai respons terhadap perang di Gaza, MEE menemukan beberapa produk Turki masih dijual minggu ini di sebuah supermarket di Acre, Israel utara.
Seorang pengusaha Turki yang memiliki volume perdagangan besar dengan Israel mengaku rugi besar akibat larangan perdagangan dengan Israel. Tetapi dia mengatakan sejumlah perusahaan menggunakan negara ketiga seperti Yunani dan Azerbaijan. Sejauh ini otoritas Israel tidak memblokir barang-barang yang datang dari negara-negara itu.
Pengalihan rute produk-produk Turki melalui Yunani tampaknya dikonfirmasi oleh data perdagangan Turki, yang menunjukkan ekspor ke Israel turun sebesar 99 persen dibandingkan tahun lalu, sementara ekspor ke Yunani meningkat sebesar 70 persen.
Meskipun data Israel hanya mencatat penurunan sekitar dua pertiga nilai impor Turki, para pengusaha Turki mengatakan kepada MEE bahwa produk-produk yang berasal dari Turki kemungkinan besar masih masuk ke Israel sebagai produk impor Turki.
Kurma Emirat, Molokhia Mesir
Dua perusahaan besar di UEA yang barang-barangnya telah disertifikasi halal adalah Kurma Al Barakah dan Hunter Foods yang berbasis di Dubai. Tiga puluh delapan produk Al Barakah saat ini telah disertifikasi, termasuk 18 disertifikasi pada bulan Februari lalu, dan MEE menemukan produk Al Barakah dijual di supermarket Israel.
Delapan belas produk yang diproduksi oleh Hunter Foods, yang memproduksi keripik dan makanan ringan lainnya, telah disertifikasi, termasuk beberapa di antaranya disertifikasi pada November tahun lalu.
Perusahaan-perusahaan Mesir menyumbang 206 produk makanan bersertifikat halal, termasuk lusinan produk makanan bersertifikat halal sejak Oktober tahun lalu, termasuk Grup Faragalla, produsen makanan yang meliputi jus, okra beku, dan molokhia.
Empat puluh produk yang diproduksi oleh Agro Green, termasuk stroberi beku, artichoke, kacang-kacangan, dan okra, juga disertifikasi untuk dijual di Israel. Baik Faragalla maupun Agro Green tidak menanggapi permintaan komentar.
Perusahaan Maroko yang memproduksi produk bersertifikat halal termasuk Atlas Olive Oils, salah satu perusahaan tertua di negara tersebut, produsen ikan Talekroup, dan produsen gula Consumar. Perusahaan lainnya yaitu produsen makanan laut Rio de Oro yang berbasis di Pelabuhan Dakhla, Sahara Barat yang disengketakan.
Dikatakan bahwa mereka telah menghentikan ekspor makanan ke Israel karena perang di Gaza. Dikatakan bahwa transaksi terakhirnya dengan perusahaan Israel – melalui perantara di Lituania – terjadi pada Januari 2023. Namun, data sertifikasi halal menunjukkan bahwa salah satu produknya telah didaftarkan pada Desember 2023.
Selain perusahaan di lima negara itu, data sertifikasi halal Israel juga mencantumkan nama dua perusahaan dari Tunisia dan Arab Saudi. Sertifikat impor gula putih menyebutkan perusahaan Saudi, Durrah, sebagai produsennya. Sertifikat tersebut bertanggal 17 Juli 2023 dan berakhir pada 17 Juli 2024.
ManarThon, produsen tuna dan sarden Tunisia yang produknya ditemukan dijual di toko online Israel, mengatakan kepada MEE bahwa perusahaannya menghormati hukum perdagangan Tunisia dan tidak pernah melakukan transaksi komersial apa pun dengan Israel. Kalau produk mereka sampai di Israel, kemungkinan besar terjadi lewat operasi impor tidak langsung atau melalui pihak ketiga yang tidak dapat mereka kendalikan.
Abraham Accords Peace Institute, sebuah organisasi yang berbasis di AS dalam laporan tahunan pada tahun 2023 mengatakan bahwa perang Gaza berdampak lebih kecil terhadap perdagangan Israel dengan wilayah di sekitarnya dibandingkan perdagangannya dengan negara-negara lain di dunia.
Jika dibandingkan dengan perdagangan dunia Israel yang turun 18 persen dalam tiga bulan terakhir tahun 2023, perdagangan dengan negara-negara Arab hanya turun empat persen, dari USD937 juta menjadi USD903 juta.
Pada 2023, perdagangan antara Israel dan UEA mencakup sekitar tiga perempat dari transaksi Israel dengan negara-negara Arab. Meskipun perdagangan Israel-UEA turun 14 persen pada kuartal keempat tahun 2023, perdagangan tersebut mengalami pertumbuhan tahun-ke-tahun sebesar 17 persen.
Di Yordania, perdagangan mengalami penurunan sebesar 16 persen pada tahun 2023, dengan kuartal terakhir tahun ini mengalami penurunan sebesar 42 persen dibandingkan dengan kuartal keempat tahun 2022. Namun, menurut Abraham Accords Peace Institute, penurunan tersebut tampaknya tidak ada hubungannya dengan perang.
Perdagangan Israel dengan Mesir tumbuh sebesar 56 persen pada tahun 2023, dan naik 168 persen tahun-ke-tahun pada kuartal keempat, menurut laporan Abraham Accords Peace Institute. Sementara itu, perdagangan Israel dengan Maroko meningkat lebih dari dua kali lipat pada tahun 2023 dibandingkan tahun 2022.