Gawat, BI Sebut Cash Is The King Berulang Kali, Apakah itu?

Jakarta, Deras.id – Istilah cash is the king, kembali mengemuka di dalam negeri. Kali ini justru datang dari otoritas moneter, Bank Indonesia (BI).

Dalam pertemuan tahunan Bank Indonesia, Rabu (30/11/2022) Gubernur BI Perry Warjiyo mengungkapkan 5 persoalan yang harus diwaspadai Indonesia, salah satunya adalah cash is the king.

“ Kelima, cash is the king yaitu penarikan dana investor global dan mengalihkan ke aset liquid karena resiko tinggi,” tegas Perry dikutip dari You Tube resmi Bank Indonesia.

Menurut Perry, Cash is the king mencerminkan keyakinan jika uang tunai atau cash lebih berharga ketimbang aset investasi lainnya. Fenomena ini terjadi akibat ketidakpastian yang tinggi.

Sebelumnya, saat rapat kerja dengan Komisi XI DPR RI, Perry juga menyebut cash is the king sebagai penyebab keluarnya arus modal dari Indonesia.

“Akibat risiko portofolio naik, mereka memilih menumpuk uangnya di instrumen yang likuid, baik cash dan near cash,” papar Perry, Senin (21/11/2022).

Lantas apa itu cash is the king? Istilah tersebut sebetulnya berdasar pada kecenderungan para investor atau pelaku pasar untuk lebih memilih memegang cash. Tetapi bukan sembarangan cash, hanya dolar Amerika Serikat (AS).

Namun harus diketahui, cash is the king bukan berarti menyimpan dolar dalam bentuk tunai saja, tetapi bisa dalam bentuk tabungan, deposito atau instrumen investasi yang likuid. Cash is the king juga berbeda dengan rush money, yakni kondisi saat masyarakat melakukan penarikan uang besar-besaran dari perbankan.

Pada kali ini cash is the king terjadi akibat agresifitas bank sentral AS (The Fed) dalam menaikkan suku bunga acuan. Bahkan saat ini Suku bunga The Fed berada di level tertinggi sejak awal 2008.

Penulis: Hilal l Editor: Ifta

Exit mobile version