Jakarta, Deras.id – Salat menjadi ibadah wajib yang harus dilakukan sebagai umat muslim. Akan tetapi, ada 10 golongan orang yang tidak diterima amal salatnya oleh Allah Swt, walau sudah melakukan salat. Siapakah 10 golongan tersebut?
Dalam sebuah kitab Nashaihul ‘Ibad Syarh Al Munabbihaat ‘Alal Isti’daad Li yaumil Ma’aad yang ditulis oleh Muhammad Nawawi bin ‘Umar Al-Jawi, bahwa terdapat 10 golongan yang tidak diterima. Rasulullah Saw bersabda:
عشرة نفر لن يقبل الله تعالى صلاتهم Artinya,
“Sepuluh orang yang shalatnya tidak diterima Allah SWT.”
Adapun 10 golongan yang shalatnya tidak diterima Allah SWT yang disebutkan oleh Rasulullah SAW yaitu:
Pertama, orang yang salat sendiri tetapi tidak membaca Al-Fatihah. Mengutip Nasha’ilul Ibad oleh Syekh Nawawi Banten yang dikutip dari NU Online, menurut Abu Hanifah, Imam Malik dan Imam Ahmad bin Hanbal, salatnya makmum tanpa bacaan Surat Alfatihah tetap sah.
Kedua, orang yang tidak membayar zakat. Dalam hal ini, yang dimaksud adalah orang yang tidak mengeluarkan hanya yang wajib dizakati kepada pihak yang berhak menerimanya.
Ketiga, imam yang dibenci makmumnya. Menurut Sayyid Sabiq dalam Fiqih Sunah jilid 1, ada tiga hal yang pokok yang menyebabkan imam salat dibenci yaitu bodoh atau tidak paham tata cara, rukun, syarat atau hal lainnya dalam salat, kedua fasik atau orang yang sengaja melakkan perbuatan dosa berulang, terakhir bid’ah, yaitu melakukan sesuatu tanpa didasari ajaran Rasulullah SAW.
Keempat, budak yang melarikan diri dari majikan. Hal ini berlaku bagi budak laki-laki maupun perempuan.
Kelima, Salat peminum Khamr yang terus menerus. Rasulullah SAW bersabda,
“Jauhilah khamr, karena khamr adalah induk perbuatan keji.”
Keenam, Istri yang bermalam, sementara suaminya tidak rida kepadanya. Mengutip laman Kemenag NTB, golongan ini yang dimaksud adalah seorang istri yang membiarkan suaminya marah karena tidak terpenuhi kebutuhannya, sementara dia meninggalkan tidur. Ulama (Imam al Muzhir) berpendapat, hal itu pun juga sebaliknya, bisa terjadi pada suami sebab tidak melakukan kewajibannya kepada istri.
Ketujuh, wanita Merdeka yang salat tanpa memakai khimar. Khimar adalah pakaian yang menutup kepalanya (kerudung).
Kedelapan, pemakan riba. Menurut para ulama, pemakan riba memiliki karakter yang sama dengan sekelompok Yahudi yang melanggar larangan Allah perihal perburuan dan penangkapan ikan pada hari Sabtu. Kedua kelompok ini sama-sama berbuat hilah atau tipu daya.
Kesembilan, pemimpin yang zalim. Dalam riwayat Abu Dzar RA, Rasulullah SAW bersabda, pemerintah kelak di hari kiamat dihadirkan. Ia akan dilemparkan ke jembatan jahannam. Jembatan itu kemudian terguncang sehingga tidak ada persendian kecuali bergeser dari tempatnya. Jika orang-orang yang dulu menjabat sebagai pemerintah itu adalah muslim yang taat dalam bentuk kebijakan-kebijakan yang adil, niscaya ia dapat berjalan di atasnya. Tetapi jika ia mendurhakai Allah dengan kebijakan-kebijakan yang zalim, niscaya jembatan itu terkoyak hancur yang menyebabkannya jatuh ke jurang jahanam.”
Kesepuluh, orang yang biasanya melakukan salat, tapi salatnya tak mampu mencegah dirinya dari kekejian dan kemungkaran, sehingga dia semakin jauh dari Allah Swt.
Pentingnya ibadah salat dapat dilihat karena pertama kali amalan yang di hisab adalah salat. Sesuai dengan sabda Rasulullah Saw:
“Sesungguhnya amal yang pertama kali dihisab pada seorang hamba pada hari kiamat adalah salatnya. Maka, jika sholatnya baik, sungguh ia telah beruntung dan berhasil. Dan jika salatnya rusak, sungguh ia telah gagal dan rugi. Jika berkurang sedikit dari salat wajibnya, maka Allah Ta’ala berfirman, ‘Lihatlah apakah hamba-Ku memiliki salat sunah.’ Maka disempurnakanlah apa yang kurang dari sholat wajibnya. Kemudian begitu pula dengan seluruh amalnya,” (HR Tirmidzi).
Selain itu dalam surat Al Ma’un ayat 4 dan 5 dikatakan ganjaran bagi orang-orang yang lalai dalam salatnya. Allah SWT berfirman:
فَوَيْلٌ لِّلْمُصَلِّينَ
Arab latin: Fa wailul lil-muṣallīn
Artinya:”Maka kecelakaanlah bagi orang-orang yang salat,
ٱلَّذِينَ هُمْ عَن صَلَاتِهِمْ سَاهُونَ
Arab latin: Allażīna hum ‘an ṣalātihim sāhụn
Artinya: (yaitu) orang-orang yang lalai dari shalatnya
Mengutip buku 17 Jalan Menggapai Mahkota Sufi karya Muhammad Sholikhin, makna lalai bukanlah orang yang tidak mengerjakan salat, tapi yang tidak mengerjakan salat dengan sepenuh hati. Salat yang dilaksanakan pun tidak disertai dengan amal soleh.
Dalam buku Membuka Tirai Kegaiban, Jalaluddin Rakhmat mengatakan bahwa jka salat yang dilaksanakan tidak mendatangkan kenikmatan, besar kemungkinan amalan itu belum diterima oleh Allah SWT. Rasulullah SAW bersabda
“Pada hari kiamat nanti ada orang yang membawa salatnya kepada Allah SWT, kemudian dia mempersembahkan sholat nya kepada Allah. Lalu salatnya dilipat-lipat seperti dilipatnya pakaian yang kumal kemudian dibantingkan ke wajahnya. Allah tidak menerima salatnya.”
Sedangkan orang-orang yang diterima salatnya dalam sebuah buku Tirai Kegaiban berdasarkan hadis Qudsi:
“Sesungguhnya Aku hanya akan menerima salat orang-orang yang merendahkan dirinya karena kebesaran-Ku, menahan dirinya dari hawa nafsu karena Aku, yang mengisi sebagian waktu siangnya untuk berdzikir kepada-Ku, yang melazimkan hatinya untuk takut kepada-Ku, yang tidak sombong terhadap makhluk-Ku, yang memberi makan kepada orang yang lapar, yang memberi pakaian kepada orang yang telanjang, yang menyayangi orang yang terkena musibah, yang memberikan perlindungan kepada orang yang terasing. Kelak cahaya orang itu akan bersinar seperti cahaya matahari. Aku akan berikan cahaya ketika dia kegelapan. Aku akan berikan ilmu ketika dia tidak tahu. Aku akan lindungi dia dengan kebesaran-Ku. Aku akan suruh malaikat untuk menjaganya. Kalau dia berdoa kepada-Ku, Aku akan segera menjawabnya. Kalau dia meminta kepada-Ku, Aku akan segera memenuhi permintaannya. Perumpamaannya di hadapan-Ku seperti perumpamaan firdaus,” (Kalimatullah Al-‘Ulya).
Seperti yang dijelaskan dalam hadis, golongan tersebutlah yang diterima amalan salatnya oleh Allah Swt.
Penulis: Una l Editor: Ifta