UMKM Mayoritas Kuliner dan Sulit Naik Kelas, Perlu Program Inkubasi

Jakarta, Deras.id – Menteri Koperasi dan UKM (Menkop UKM), Teten Masduki menyampaikan bahwa rata-rata Usaha Mikro Kecil dan Menengah (UMKM) di Indonesia mayoritas berjualan kuliner. Hal tersebut yang menyebabkan UMKM di Indonesia sulit untuk naik kelas. 

“UMKM ini mayoritas kuliner. Kalau enggak keripik, seblak, dodol, wajik. Itu-itu saja atau paling tinggi batik atau akik, tukang batu ali dan lain sebagainya. Di situ saja, paling tinggi kerajinan,” kata Menteri Koperasi dan UKM, Teten Masduki kepada wartawan dikutip Deras.id, Sabtu (20/5/2023).

Indonesia kaya dengan sumber daya untuk dikembangkan, salah satunya pada sektor kelautan serta hasil perkebunan. Namun pada faktanya, selama puluhan tahun UMKM tidak terurus. Sehingga UMKM di Indonesia hanya bisa menghasilkan produk-produk yang bersifat tersier.

“Nah ini kan enggak diurus UMKM kita. Dari puluhan tahun ngurus keripik saja, batik paling tinggi. Kerajinan seperti itu, jadi kita mengalami stagnasi. Sektor kelautan yang sampai sekarang belum diberdayakan luar biasa. Padahal di sektor kelautan itu, selain kita memiliki varietas ikan yang punya nilai ekonomi cukup tinggi termasuk juga rumput laut dan permintaan dunianya besar sekali ini tidak terlalu digarap,” tutur Teten.

Sektor pengolahan hasil perkebunan, kata Teten, Indonesia menguasai 50 Juta ton crude palm oil (CPO) dunia. Namun saat ini pelaku usaha pada sektor tersebut hanya bisa menjual minyak goreng saja. 

Selain itu, Indonesia juga penghasil minyak hapsiri terbesar di dunia. Mulai dari minyak nilam, minyak serai, hingga minyak cengkeh dan minyak wangi.

“Sebenarnya kita bisa menjadi pusat dari peran industri parfum, kita nggak di situ. Kita asyik saja bikin bubur, bikin bakso, nasi goreng di situ saja,” ucap Teten.

Oleh sebab itu, untuk melahirkan wirausaha-wirausaha yang inovatif, Teten mendorong adanya program inklubasi bagi pelaku UMKM.

Penulis: Risca l Editor: Rifai

Exit mobile version