Jakarta, Deras.id – Baru-baru ini muncul berita heboh seorang penghuni kosan yang diduga mengidap hoarding disorder di kawasan Jatiwaringin, Bekasi, Jawa Barat. Hal ini diketahui usai pemilik kosan curiga dengan bau tidak sedap di salah satu kamar penghuni kosan. Setelah kamarnya dibuka ternyata banyak sampah berserakan yang menumpuk. Sebenarnya apa itu hoarding disorder?
Berdasarkan laman Clever Clinik dijelaskan bahwa hoarding disorder adalah gangguan mental yang membuat seseorang memiliki keinginan kuat untuk menimbun banyak barang. Pengidap gangguan ini merasa stres dan sangat berat ketika barang-barang tersebut dibuang, padahal secara wajat sudah tidak memiliki nilai dan bisa disebut sebagai sampah.
Barang-barang tersebut ditumpuk, ditimbun dan tidak ditata rapi, berserakan, tidak memiliki nilai hingga bisa disebut sebagai sampah. Namun pengidap gangguan ini tidak mau membuangnya.
Pada dasarnya, hoarding disorder termasuk sebagai salah satu spektrum gangguan obsesif-kompulsif (OCD) ysng merupakan salah satu gangguan kecemasan. Namun hoarding disorder berbeda dengan gangguan kecemasan. Karena pengidap hoarding disorder belum tentu memiliki gangguan kecemasan.
Hoarding disorder tidak bisa disamakan dengan kolektor atau kebiasaan orang mengoleksi barang. Hal ini karena kolektor akan mengatur sedemikian rupa barang koleksinya dengan sangat rapi, di mana barang tersebut cenderung bernilai dan sangat memungkinkan memiliki daya jual tinggi karena biasanya mengandung sejarah estetika dan lain-lain.
berbeda dengan pengidap hoarding disorder, mereka cenderung menumpuk barang dan diletakan disembarang tempat sehingga mampu mempengaruhi kesehatan badan juga karena barang tersebut mengeluarkan bau-bau tidak sedap.
Hoarding disorder biasanya disebabkan karena perasaan tertekan dan stres saat akan membuang barang yang tidak lagi terpakai. Gejala gangguan ini adalah tak mampu membuang barang, tertekan saat akan membuang barang, cemas akan barang yang dimaksudkan dibutuhkan suatu saat, merasa bingung di mana harus meletakan barang, tak percaya pada orang lain yang menyentuh barang miliknya, kamar berantakan dan menarik diri dari keluarga dan lingkungan sosial lainnya. gangguan ini pun bisa diobati dengan terapi kognitif dan pemberian obat antidepresan.
Apr