Rio Prayogo Sebut Bupati Situbondo Karna Suswandi Miskin Literasi

Situbondo, Deras.id – Direktur Eksekutif Politika Research and Cosulting (PRC) Rio Prayogo mengomentari kebijakan Bupati Situbondo Karna Suswandi yang dianggap miskin literasi, salah satunya terkait pemilihan nama Pendopo Aryo Situbondo.

Rio Prayogo menduga pemilihan nama Pendopo Aryo Situbondo tanpa melalui proses pembacaan sejarah yang panjang.

“Akibatnya, orang melihat bupati cuma asal comot saja nama tersebut,” kata Rio, saat menghadiri Grand Launching Gerakan Literasi Nahdliyin (GLN) di Auditorium Pondok Pesantren Nurul Wafa, Besuki, Kamis (1/6/2023).

“Sejak kapan ada sejarah tentang Arya Situbondo? Ini literasi dari mana? Berubah ya berubah tapi ya jangan ngawur,” tambah Rio.

Rio kemudian menerangkan jika pemahaman yang tidak berdasar tersebut merupakan bukti bahwa literasi bupati masih rendah dan bisa berdampak buruk bagi masyarakat Situbondo.

“Bahaya sekali. Inilah yang disebut Post Truth, sesuatu yang sebenarnya tidak ada, namun jika dikatakan berulang ulang maka bisa menjadi kebenaran,” jelas Rio.

Sebagai orang yang dilahirkan di Situbondo, Rio prihatin lantaran memiliki Bupati yang tampak miskin literasi, tidak sadar sejarah, dan justru mengeluarkan produk kebijakan yang instan.

“Saya yang lahir di Dawuhan, dan merasa aneh dengan perubahan nama pendopo itu. Saya rasa Bupati Karna tidak pernah membaca sejarah. Atau bahkan juga tidak mau tahu dengan sejarah Situbondo,” tegas Rio.

Pemilihan nama pendopo tersebut, lanjut Rio, adalah produk dari keputusan Bupati Karna yang keliru. Rio bahkan menyebut pemilihan nama Aryo Situbondo merupakan pengingkaran Bupati Karna terhadap hasil-hasil riset dan kajian yang dilakukan oleh pegiat sejarah Situbondo.

“Kita ini ‘kan punya banyak akademisi. Tentu paham bahwa setiap hal ada ilmunya. Tidak terkecuali dalam memimpin daerah. Tidak kardiman dong,” tegas Rio.

Sebagai informasi, Gerakan Literasi Nahdliyin didirikan sebagai ruang untuk memberikan pencerahan atas pemahaman yang keliru sebagaimana fakta penamaan Aryo Situbondo tersebut.

“Tujuan GLN yakni agar masyarakat tidak salah memahami fakta, termasuk didalamnya fakta sejarah,” ujar M Faiz Miftah, Kepala Departemen Publikasi dan Propaganda GLN.

“Dengan dilauncingnya GLN dan beberapa kegiatan yang sudah disusun, kami berharap masyarakat tercerahkan pada akhirnya,” tambah M Faiz.

Sebagai informasi, Launching Gerakan Literasi Nahdliyin ini bertajuk Simposium Politik yang membahas ‘Kriteria Pemimpin dalam Kacamata Warga Nahdliyyin Guna Menyongsong Pesta Demokrasi Serentak 2024.

Turut hadir puluhan anak muda NU, mulai dari IPNU, IPPNU, Ansor dan Fatayat se-Besuki Raya.

Penulis: Hari l Editor: Ifta

Exit mobile version