Jakarta, Deras.id – Pada 2014, untuk pertama kalinya Joko Widodo memimpin Indonesia sebagai presiden. Jokowi tampil sebagai sosok baru yang segar dan merakyat, berbeda dengan presiden sebelumnya. Harapan tinggi pun dikalungkan pada Jokowi sejalan memuncaknya dukungan rakyat ketika dia dianggap berhasil memimpin Jakarta.
Periode lima tahun pertamanya nyaris dihabiskan untuk membangun berbagai infrastruktur strategis dengan dalih mempercepat pertumbuhan. Kritik dan protes atas kebijakannya itu pun berdatangan, di antaranya karena sebagian besar infrastruktur dibangun dengan duit utang, terutama dari China.
Namun di tengah gelombang kritik tersebut, Jokowi tetap melenggang mulus memperoleh periode jabatan keduanya dalam Pilpres 2019. Kini, di ujung masa jabatannya Presiden Joko Widodo meminta maaf kepada seluruh rakyat Indonesia.
Hal ini disampaikan Jokowi saat acara Dzikir dan Doa Kebangsaan menjelang HUT RI di Istana Merdeka Jakarta, Kamis (1/8/2024).
“Agustus. Dengan segenap kesungguhan dan kerendahan hati, izinkanlah saya dan Kiai Haji Ma’ruf Amin ingin memohon maaf yang sedalam-dalamnya atas segala salah dan khilaf selama ini. Khususnya selama kami berdua menjalankan amanah sebagai Presiden Republik Indonesia dan sebagai Wakil Presiden Republik Indonesia,” ucap Jokowi dalam sambutannya di acara Dzikir dan Doa Kebangsaan, Kamis (1/8/2024).
Dalam pernyataan maafnya itu, Jokowi mengaku sadar bahwa ia dan KH Ma’ruf Amin belum mampu memenuhi harapan semua pihak. Menurutnya, tidak ada manusia yang sempurna.
“Kami sangat menyadari bahwa sebagai manusia, kami tidak mungkin dapat menyenangkan semua pihak. Kami juga tidak mungkin dapat memenuhi harapan semua pihak. Saya tidak sempurna, saya manusia biasa, kesempurnaan itu hanya milik Allah SWT,” kata Jokowi.
Jokowi mengatakan bahwa ia sudah melakukan yang terbaik untuk bangsa Indonesia. Namun sekali lagi menurutnya, setiap manusia mempunyai kekurangan dan kesalahan.
“Hanya milik Allah, kerajaan langit dan bumi serta apa pun yang ada di dalamnya, Dia Maha Kuasa atas segala sesuatu,” kata Jokowi.
Sejumlah pihak menilai permintaan maaf Jokowi merupakan hal yang wajar sebagai pemimpin yang segera mengakhir masa tugas. Tetapi bagi PKS permintaan maaf saja tidak cukup. Seharusnya Jokowi juga menyampaikan kekurangannya selama 10 tahun berkuasa.
“Ke depan, bagus Pak Jokowi sampaikan catatan 10 tahun kekurangannya biar bisa dilanjutkan oleh penggantinya,” ujar Ketua DPP PKS, Mardani Ali Sera di Jakarta, Mardani Ali Sera, Jumat (2/8/2024).
Namun demikian, Mardani memberikan apresiasi kepada Jokowi sebagai kepala negara. Menurutnya, tingkat kepuasan masyarakat kepada Jokowi cukup tinggi, meskipun masih ada beberapa yang belum tersentuh.
“Bagus. Pemimpin yang baik mudah meminta maaf kepada rakyatnya. Walau tingkat kepuasan rakyat tinggi, tetap ada banyak yang tidak tersentuh dan terlayani,” kata Mardani.
Sementara, PDIP meragukan ketulusan permintaan maaf Jokowi. Sebab PDIP menilai perkataan Jokowi sering bertentangan dengan realita.
“Kalau merujuk data dan kebiasaan beliau, Pak Jokowi selalu mengatakan hal yang bertentangan atau tidak sinkron dengan perasaan, pikiran, dan tindakannya. Jadi saya enggak tahu kali ini dia tulus atau tidak, jangan-jangan dia sedang bersandiwara untuk mencari simpati,” ucap Ketua PDIP Deddy Sitorus di Jakarta, Jumat (2/8/2024).
Deddy mengatakan jika Jokowi serius meminta maaf kepada rakyat Indonesia, maka harus melalui tindakan konkrit. Deddy meminta Jokowi mencabut aturan yang memberatkan masyarakat.
“Kalau hal-hal itu dilakukan, baru kita belajar percaya kalau beliau serius minta maaf pada rakyat,” kata Deddy.
Anggota Komisi VI DPR RI tersebut kemudian mendorong Jokowi menggunakan sisa masa jabatannya untuk memperbaiki kerusakan semua lembaga yang berkaitan dengan demokrasi. Selain itu, penegakan hukum dan HAM berlandaskan keadilan.
Penulis: Diraf l Editor: Muhibudin Kamali