Nasional, Deras.id – Setelah dirilisnya Dolar Amerika Serikat (AS) melambung tinggi oleh RTI di angka Rp16.300 pada, Senin (10/62024). Pengamat prediksi levelnya akan berlangsung hingga kuartal III 2024 bahkan mewanti-wanti jika tidak segera diatasi oleh Bank Indonesia (BI) angkanya akan terus melambung mencapai Rp17.000.
“Tekanan dolar AS masih akan besar, paling tidak hingga Q3. Tanpa intervensi BI, rupiah diperkirakan akan mencapai Rp16.500-16.700 dan tidak menutup peluang ke Rp17.000,” kata Pengamat Mata Uang dan Komoditas Lukman Leong pada Senin (10/6/2024).
Lukman Leong juga menjelaskan alasan menguatnya Dolar AS karena rilis data Non-Farm Payroll (NFP) atau data tenaga kerja AS yang menguat. Sehingga menurutnya prospek pemangkasan suku bunga oleh Bank Sentral AS atau The Fed di bulan September menurun.
“Hal ini membuat prospek pemangkasan suku bunga oleh the Fed pada bulan September turun di bawah 50%, sekitar 47%,” tambah dia.
Ariston Tjendra yang juga menjadi pakar menambahkan penyebab lainnya juga karena berhubungan dengan menguatnya data tenaga kerja di negara tersebut. Sehingga memicu terjadinya inflasi dan menunda pemangkasan suku bunga.
“Yang menjadi pemicu adalah ekspektasi pasar terhadap pemangkasan suku bunga acuan AS yang menurun. Penurunan ekspektasi ini dipicu oleh data tenaga kerja AS yang dirilis di Jumat malam yang hasilnya ternyata lebih bagus dari ekspektasi pasar. Kondisi ketenagakerjaan AS yang membaik ini bisa mendorong kenaikan inflasi di AS lagi yang bisa menunda pemangkasan suku bunga di AS,” tegas Ariston.
Sehingga menurutnya kondisi ini juga berdampak pada mata uang negara lain tidak hanya rupiah saja. Dampak langsungnya, harga barang konsumsi yang mengandung bahan baku impor bisa naik sehingga berpotensi menyebabkan daya beli turun.
“Saya belum ada prediksi tertinggi kurs saat ini, yang pasti saat ini rupiah belum bisa keluar dari tekanan dollar AS,” pungkasnya.
Penulis: M.F.S.A I Editor : Dinda