Jakarta, Deras.id – Publik figur Maudy Ayunda adalah sosok artis yang berhasil dalam dunia pendidikan. Dirinya mengungkapkan keberhasilannya diterima di Oxford dan Stanford University tanpa ada tekanan dari orang tuanya.
“Di aspek pendidikan, orang tuaku enggak pernah pressure dan melakukan helicopter parenting,” kata Maudy di YouTube Puella dikutip Deras.id (3/3/2023).
“Orang tuaku lebih memperhatikan pada karakter, gimana di depan orang lain. Tapi kalau pendidikan, jujur enggak, konsep kesuksesan juga enggak terlalu ditekankan,” sambungnya.
Dengan begitu istri Jesse Choi ini selama masa kuliah sangat menikmati perannya sebagai mahasiswa. Dirinya merasa ketika mendapatkan nilai bagus dirinya sangat menikmatinya.
“Mungkin karena itu, aku merasa dunia akademis, dunia sekolah itu menjadi dunia milik aku sendiri,” ucap Maudy.
“Karena enggak terlalu dipaksa, enggak terlalu dikekang. Jadinya it’s my playground, kalau misal aku dapat nilai bagus, aku benar-benar ambil pujiannya,” imbuhnya.
Menurutnya ketika sang anak terlau ditekan dan dikontrol dalam hal pendidikan akan mempengaruhi anggapannya dalam memaknai pendidikan. Sebaliknya pendidikan yang awalnya harusnya dapat dinikmati dan dimaknai untuk perkembangan diri malah sebaliknya membuat anak hanya ingin mencari pengakuan eksternal.
“Itu ruang aku merasa kepemilikan yang sangat tinggi. Karena kepemilikan itu malah menurut aku jadi self sustainable aja dalam hal motivasi atau apapun itu,” tutur Maudy.
Sebaliknya jika niat belajar tumbuh dari diri sendiri maka semangat belajar akan semakin tinggi. Hal ini terjadi karena motivasi belajar berada pada dirinya sendiri bukan dari tekanan yang dilakukan oleh orang lain.
“Aku punya sistem insentif sendiri yang bukan dari orangtua,” sambungnya.
“Kalau orangtua punya helicopter approach, anak mengasosiasikan belajar dengan proses mencari validasi eksternal,” ucap Maudy.
Bagi wanita kelahiran Jakarta ini, memberikan hadiah atas nilai bagus yang diraih anak bukanlah poin utama. Karena sesungguhnya poin utama dari pendidikan adalah proses belajar.
“Kayak, kalau dapat nilai A, orangtua akan jadi lebih sayang, atau beliin hadiah, mainan, itu sebenarnya not the point, karena kita pengin anak-anak membangun rasa mencintai proses belajar,” lanjutnya.
Lantas di akhir waktu, Cinta Laura Kiehl menyimpulkan bahwa poin penting pendidikan adalah proses belajar sehingga di sana akan muncul makna dan nilai yang terbangun. Dirinya menekankan bahwa yang terpenting dalam pendidikan adalah proses bukan hasil.
“Penting dalam budaya kita, orang tua mulai sadar bahwa saat anak mulai bisa mengapresiasi proses belajar itu akan lebih bermakna dan bervalue,” kata Cinta.
“Karena yang penting adalah proses belajar, bukan hasilnya,” imbuhnya Cinta.
Penulis: Una l Editor: Ifta