Jakarta, Deras.id – Dalam beberapa tahun terakhir, dunia K-pop kian populer dan menjadi sorotan publik. Banyak artis K-pop yang melangsungkan debut, tur, hingga comeback. Biasanya para idol akan merilis lagu terbaru dalam bentuk digital maupun album. Meningkatnya peminat di dunia K-pop berdampak pada jumlah penjualan album yang meningkat.
Sebagai informasi, biasanya pihak agensi akan menjual album K-pop ini kepada distributor album, salah satunya adalah Synnara Records. Tercatat sebanyak 18 agensi, termasuk BIGHIT Music, SM Entertainment dan JYP Entertainment mengungkapkan kepada Dispatch alasan mereka tidak bisa menghentikan penjualan album artis mereka di Synnara, setelah terungkapnya hubungan antara perusahaan Synnara Records dengan sekte sesat ‘The Baby Garden’ yang dipimpin oleh Kim Ki Soon.
Saat ini, masih banyak album K-pop dari para idol terkenal yang dapat ditemukan di Synnara Records seperti album IVE, Jisoo Blackpink, NewJeans, NCT DoJaeJung, dan Seventeen.
Beberapa agensi seperti Starship Entertainment, IST Entertainment, WM Entertainment hingga Pledis Entertainment telah memboikot distributor album tersebut, meskipun album dari artis agensi-agensi ini masih terpajang di rak penjualan Synnara.
Dispatch mewancarai total 18 agensi tentang alasan ini terjadi dengan kemungkinan ini hanyalah media play oleh agensi atau ada masalah dalam industri distribusi album secara keseluruhan.
Adapun 18 agensi yang berpartisipasi dalam wawancara dengan Dispatch yaitu Starship, WM, IST, SM, Pledis, HIGHUP, BIGHIT Music, Cube, iMe Korea, Source Music, Maroo, Mystic Story, Popmusic, JYP, Star Empire, Superbell Company, Wake One, dan RBW. Hasil wawancara tersebut kemudian Dispatch ringkas menjadi pemikiran kolektif dari 18 agensi yang diwawancarai.
Berikut ini alasan di balik banyaknya agensi K-pop yang masih menjual albumnya kepada Synnara Records yang telah kami rangkum untuk Sobat Deras. Para agensi mengungkapkan alasan mereka tidak bisa menghentikan penjualan album kepada Synnara Records karena masih terikat kontrak kesepakatan dengan perusahaan distributor tersebut untuk jangka waktu yang lama.
Album yang sudah didistribusikan kepada Synnara tidak dapat ditarik secara paksa karena permasalahan yang terjadi dengan pemimpin Synnara (Kim Ki Soon) tidak ada kaitannya dengan kontrak, sehingga agensi dan distributor tidak dapat meminta larangan penjualan. Alternatifnya adalah dengan mengecualikan Synnara dari tempat pembelian album dan mengalihkannya ke platform lain yang hingga kini sedang diusahakan oleh para agensi.
Para agensi ini juga berharap kepada penggemar untuk bisa memilih platform album lainnya jika ingin melakukan boikot kepada Synnara. Karena apabila penggemar membeli album dari distributor lain, maka Synnara akan menjadi pihak yang paling terpengaruh.
Sebagai informasi, Synnara Records merupakan salah satu distributor musik di Korea Selatan yang menjual album original para idol K-pop. Namun, dalam film dokumenter ‘In the Name of God: A Holy Betrayal’ diketahui bahwa Synnara Records dijadikan sebagai sumber pendapatan untuk sekte sesat ‘The Baby Garden’ yang dipimpin oleh Kim Ki Soon. Hal inilah yang menimbulkan adanya gerakan ‘boikot’ Synnara Records.
Penulis: Dinda | Editor: Apr