Jakarta, Deras.id – Rupiah tercatat terus mengalami pelemahan selama 3 hari beruntun melawan dolar Amerika Serikat (AS). Di saat bersamaan, Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) juga kompak ikut anjlok.
Pada sesi perdagangan Selasa (29/11/2022) dikutip dari KursDollar.org, rupiah sempat menguat di Rp 15.690/US$, namun itu tidak bertahan lama. Rupiah terus melemah hingga menyentuh Rp 15.746/US$ atau rekor level terlemah dalam kurun dua setengah tahun terakhir. Namun kemudian ditutup pada 15.738/ US$.
Sedangkan pergerakan IHSG, sempat mencicipi zona merah setelah terdepresiasi 0,23% ke 7.000,25, akhirnya ditutup pada level 7000.
Melihat pergerakan rupiah dan IHSG, tak ayal publik banyak bertanya ada apa sebenarnya dengan kondisi ekonomi Indonesia?
Sebelumnya, Gubernur Bank Indonesia (BI) Perry Warjiyo menegaskan bahwa pihaknya tengah berusaha keras membalikkan posisi nilai tukar rupiah terhadap dolar AS yang terus melemah di atas Rp 15.600 ke posisi titik tengah di kisaran Rp 15.000.
“Kami coba ke titik tengah yang pernah kami sampaikan dulu yaitu Rp 15.000. Ini pun dengan kejadian Juli sampai sekarang sudah effort yang luar biasa,” kata Perry dalam rapat kerja dengan DPR RI, dikutip Rabu (23/11/2022).
Menurut Perry, upaya intervensi rupiah adalah bagian dari upaya BI untuk menjaga konsistensi pergerakan rupiah di tengah tekanan perekonomian global.
Diketahui, anjloknya rupiah telah menjadi sorotan pada semester kedua tahun ini. Kenaikan suku bunga The Fed, bank sentral AS dianggap telah memicu pelemahan rupiah. Padahal permintaan dolar AS untuk kebutuhan impor dan wisata akhir tahun ke luar negeri sedang tinggi-tingginya.
Hal ini ironis, pasalnya pertumbuhan ekonomi Indonesia membukukan kinerja gemilang hampir sepanjang tahun ini. Bahkan, Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati sebelumnya mengemukakan bahwa ekonomi Indonesia telah tumbuh 6,6% sejak pandemi hingga saat ini.
Menurut Sri Mulyani, pertumbuhan yang tinggi ini menunjukkan pemulihan ekonomi Indonesia yang lebih baik dari negara lain. Bahkan, jauh lebih baik jika dibandingkan dengan beberapa negara maju di G20.
Penulis: Dayu l Editor: Ifta