Beragam Tradisi Unik di Banyuwangi Saat Lebaran

Jakarta, Deras.id- Banyuwangi, sebuah kabupaten di ujung timur Pulau Jawa, memiliki berbagai tradisi adat yang dijalankan setelah Idul Fitri sebagai bagian dari budaya dan kepercayaan masyarakat. Beberapa di antaranya adalah Barong Ider Bumi, Ketupat Sewu, dan Seblang Olehsari.

Tradisi Barong Ider Bumi dilakukan pada malam hari selepas Idul Fitri. Barong adalah sesosok makhluk mitos dalam kebudayaan Jawa yang dipercayai sebagai simbol perlindungan dan keberanian. Dalam tradisi ini, Barong Ider Bumi ditampilkan sebagai pertunjukan rakyat yang melibatkan sejumlah orang sebagai penari dan pemain musik. Barong Ider Bumi dipercayai sebagai penjaga tanah dan air di Banyuwangi. Rakyat di Banyuwangi percaya bahwa Barong Ider Bumi akan menolak bencana alam seperti banjir dan kekeringan. Pertunjukan Barong Ider Bumi biasanya diadakan di halaman rumah warga atau di balai desa.

Selain itu, Ketupat Sewu juga menjadi bagian dari tradisi setelah Idul Fitri di Banyuwangi. Ketupat Sewu adalah tradisi makan-makan bersama dengan keluarga dan tetangga setelah bulan Ramadan. Ketupat Sewu juga melambangkan persatuan dan kebersamaan dalam kehidupan bermasyarakat. Biasanya, warga Banyuwangi akan menyiapkan ribuan ketupat dan menyajikannya di sebuah tempat terbuka, seperti lapangan atau halaman rumah warga. Makanan khas lainnya yang biasa disajikan selama tradisi Ketupat Sewu adalah sate, opor ayam, dan sayur lodeh.

Tradisi Seblang Olehsari juga merupakan tradisi yang cukup unik. Seblang adalah sebuah pertunjukan tari yang menampilkan penari yang berpakaian seperti makhluk-makhluk mitos. Mereka menari diiringi alunan musik tradisional khas Banyuwangi. Pertunjukan Seblang di Banyuwangi dibagi menjadi dua jenis, yaitu Seblang Olehsari dan Seblang Bakungan. Seblang Olehsari biasanya diadakan setelah Idul Fitri sebagai bentuk syukur kepada Tuhan yang telah memberikan kesehatan dan keselamatan selama bulan Ramadan.

Selain tiga tradisi tersebut, masih ada banyak tradisi adat setelah Idul Fitri di Banyuwangi, seperti tradisi merayakan bulan kelahiran Nabi Muhammad SAW, tradisi Doa Selamat, dan tradisi pemotongan kambing sebagai bentuk syukur kepada Tuhan yang telah memberikan kesehatan dan keselamatan selama bulan Ramadan.

Untuk mengikuti tradisi adat ini, biasanya tidak dikenakan biaya. Namun, dalam beberapa kasus, misalnya saat penyelenggaraan tradisi diadakan di tempat wisata, maka pengunjung perlu membayar biaya tiket masuk. Selain itu, pengunjung juga akan mendapatkan fasilitas yang disediakan oleh penyelenggara, seperti makanan dan minuman khas Banyuwangi serta souvenir sebagai kenang-kenangan.Penulis: M.FSA I Editor   : Apr

Exit mobile version