Jakarta, Deras.id- Anies Baswedan dan Basuki Tjahaja Purnama kembali menyita perhatian khalayak setelah muncul dalam bursa Pemilihan Gubernur (Pilgub) Jakarta 2024. Ada peluang keduanya bakal kembali menjadi seteru seperti tahun 2017 silam. Tetapi, juga ada peluang Anies dan Ahok bergandengan sebagai pasangan calon. Bagaimana tangggapan atas wacana tersebut?
Ketua DPP PKS Mardani Ali Sera mengatakan, duet Anies Baswedan dan Basuki Tjahaja Purnama alias Ahok sangat mustahil terealisasi di Pilkada Jakarta 2024. Pasalnya, kedua sosok tersebut sama-sama ingin menjadi calon gubernur.
“Apakah akan bersama, tampaknya susah karena Pak Ahok dan Pak Anies masing-masing maunya cagub,” kata Mardani di Jakarta pada Kamis (1/8/2024).
Mardani menilai, Anies dan Ahok telah menunjukkan kedewasaan berpolitik, meskipun keduanya berbeda kiblat. Kendati demikian, Anies dan Ahok memiliki persamaan, yakni sama-sama tidak membersamai Presiden Joko Widodo.
“Dewasa karena walau beda kubu, tapi bisa komunikasi. Keduanya tidak bersama dengan Pak Jokowi,” ujar Mardani.
Selain itu, anggota Komisi II DPR RI itu berharap PDIP ikut mengusung Anies Baswedan di Pilgub Jakarta. Menurutnya, jika PDIP bergabung, akan memperkuat koalisi pengusung Anies di Pilkada Jakarta.
“Apakah PDIP akan bersama dengan Mas Anies, senang sekali. Akan jadi koalisi yang kuat,” ucap Mardani.
Menurut pengamat politik Ujang Komarudin, rematch Anies kontra dengan Ahok di Pilkada Jakarta 2024 kecil terjadi. Ujang memiliki tiga alasan terkait prediknya tersebut. Satu diantaranya, soal kesediaan Ketum PDIP, Megawati Soekarnoputri untuk kembali mengusung Ahok sebagai calon Gubenur Jakarta.
Selanjutnya, rematch Anies vs Ahok berpeluang kecil lantaran selisih elektabilitas keduanya cukup jauh. “Terbuka, tapi kecil. Kedua-duanya memang memiliki elektabilitas tapia gak jauh antara Ahok dengan Anies.” Jelas Anies.
Selain itu, Ujang mempertanyakan kesediaan PDIP untuk mengusung Ahok. Menurutnya, keterlibatan Ahok dalam pilkada akan Kembali memunculkan isu sara hingga politik identitas, seperti pada Pilkada Jakarta 2017 silam.
“Yang kedua, apakah Ibu Megawati mau mendorong Pak Ahok? Akan ada implikasi yang lain, saya tidak ingin mendorong politik identitas. Tapi akan muncul politik sara, politik identitas saat Ahok muncul,” imbuhnya.
Dalam kesempatan itu, Ujang turut mengungkit status Ahok yang merupakan sebagai mantan narapidana. Adapun Ahok sempat mendekam di tahanan terkait kasus penistaan agama.
“Yang ketiga, saya tidak mau memberi penilaian negatif tapi kita harus objektif bahwa Pak Ahok pernah dipidana karena penistaan agama,” ungkap Ujang.
“Ini akan menjadi catatan, hal negatif yang dimiliki Pak Ahok,” imbuhnya.
Lain halnya dengan Rektor Universitas Paramadina, Didik J Rachbini yang juga berbicara terkait peluang duet Anies dan Ahok di Pilgub Jakarta 2024. Menurut Didik, menyatukan Anies-Ahok di Pilgub Jakarta merupakan eksperimen berani.
Pasalnya, peluang menyatukan Anies dan Ahok akan bersatu sangat mungkin karena beberapa factor. Anies menurut Didik, seorang yang religious tetapi tidak radikal seperti yang dipersepsikan Ketika hadior di Pilgub Jakarta 2017. Kedua, menurut Didik sosok Ahok memang temperamental, yang kadang-kadang tabu di dalam politik. Namun, menurut Didik, sesungguhnya Ahok seorang yang nasionalis dilihat dari Sejarah karir politiknya. Ketiga, Didik menilai tidak ada lagi faktor pendorong keduanya kearah radikal, karena Anies dinilai sudah bisa tampil di dalam pilpres dengan citra nasionalis religius. Keempat, Ahok juga dinilai akan bisa diterima publik.
“Anies dan Ahok pasti berpikir positif jika paham gagasan seperti ini dari berbagai pihak yang andal menjadikannya symbol kesatuan dari keduanya. Anies masuk Jakarta mempunyai peluang menang sangat besar jika tidak kita katakana hamper 100%,” jelas Didik.
Editor: Muhibudin Kamali